Kebanyakan orang telah merasakan manfaat
dari konsumsi teh hijau; ada yang merasa lebih tenang atau rileks, ada
yang merasa segar dan staminanya pulih kembali, ada yang merasa
kesehatannya kian membaik, ada juga yang merasa bahwa berat badannya
menurun. Beberapa manfaat ini tampaknya dirasa oleh beberapa orang sejak
awal mula mengonsumsi teh hijau hingga beberapa pekan, bulan, bahkan
tahun. Lama-kelamaan konsumsi teh hijau sudah menjadi kebiasaan yang tak
terpisahkan, bahkan saat ditawari minuman sewaktu sedang berkunjung
kerumah kerabat atau memesannya di mall.
Kebiasaan ini telah menjadi gaya hidup, bahkan berkembang kepercayaan
bahwa teh hijau mampu menjaga penampilan Anda tetap awet muda atau
dengan kata lain memperpanjang usia Anda. Ini dimungkinkan karena teh
hijau mengandung antioksidan, benarkah demikian? Memang antioksidan
dalam teh memiliki jenis polifenol yang bersifat mencegah atau
menetralisasi pengaruh radikal bebas serta membunuh bakteri, hal ini tak
dapat disangkal. Sayangnya, berdasarkan data klinis yang dikumpulkan
Dr. Hiromi Shinya menunjukkan adanya gangguan lambung bagi mereka yang
aktif meminum teh. Penyakit yang berkaitan dengan fungsi lambung ialah
gastritis atrofi – merupakan cikal bakal penyebab kanker lambung.
Dr. Hiromi Shinya yang memiliki spesialisasi di bidang endoskopi
gastrointestinal (lambung – usus) melihat karakteristik yang buruk pada
usus para aktivis teh. Lalu, apa sebenarnya yang membuat pengaruh teh
hijau terlihat begitu buruk? Mari kita kupas satu-persatu berdasarkan
pengamatan sang dokter. Masalahnya terletak pada seberapa sering
konsumsi teh yang Anda lakukan. Kandungan antioksidan dapat menyatu dan
membentuk tanin – ini adalah senyawa yang menyebabkan rasa pahit atau asam. Zat tanin mudah teroksidasi apabila terkena air panas atau udara, sehingga membentuk asam tanat.
Asam tanat berfungsi dalam membekukan protein, selain itu efek
negatif dari jenis asam ini dapat melukai selaput lendir yang membungkus
lambung, sehingga orang tersebut mengalami tukak lambung. Untuk
membuktikan teori ini Dr. Hiromi Shinya menggunakan endoskop untuk
memeriksa keadaan lambung seorang peminum teh dan menemukan adanya
penipisan lapisan lendir pada lambung karena perubahan atrofi kronis
atau maag kronis. Penelitian ini diperkuat lagi dengan adanya hasil
penelitian Profesor Masayuki Kawanishi yang menyatakan bahwa antioksidan
mampu merusak DNA, dalam Konferensi Kanker Jepang, pada bulan September
2003. Beliau berasal dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mie.
Tapi, apakah ini berarti Anda tidak boleh meminum segala macam jenis
teh ataupun minuman yang mengandung antioksidan? Tidak juga, Dr. Hiromi
Shinya menyarankan agar para pecinta teh menggunakan daun teh yang
ditanam secara organik. Ia juga mengingatkan agar meminum teh setelah
makan, bukan sebelum makan dengan takaran 2 hingga 3 cangkir sehari agar
terhindar dari tekanan yang berlebihan pada lapisan lambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar